Krisis Fiskal Prancis 2025: Apakah Model Reformasi Italia Bisa Menjadi Solusi?

Di tengah gejolak politik dan tekanan ekonomi yang meningkat, Prancis kini berada dalam situasi fiskal yang genting. Setelah pengunduran diri Perdana Menteri Sebastien Lecornu hanya 27 hari setelah dilantik, negara itu memasuki fase ketidakpastian baru. Pertanyaan besar pun muncul: bisakah Prancis meniru langkah reformasi Italia untuk menstabilkan keuangannya?
Artikel ini membedah akar krisis fiskal Prancis, menelaah keberhasilan model reformasi Italia, serta menilai kemungkinan adaptasinya dalam konteks sosial dan politik Prancis saat ini.
1. Latar Belakang Krisis Fiskal Prancis
1.1 Ketidakstabilan Politik Memperparah Tekanan Fiskal
Krisis politik yang terjadi di Prancis dalam beberapa tahun terakhir telah memperburuk tekanan keuangan negara. Pemilu mendadak tahun 2024 yang diinisiasi Presiden Emmanuel Macron menciptakan parlemen yang terfragmentasi, tanpa adanya mayoritas yang solid. Akibatnya, kebijakan fiskal menjadi sulit disetujui dan anggaran sering tertunda.
Kondisi ini menyebabkan stagnasi dalam pengambilan keputusan penting, termasuk penyusunan anggaran baru. Pemerintah sementara terpaksa mengandalkan anggaran tahun sebelumnya hanya untuk menjaga agar aktivitas negara tetap berjalan. Ketidakpastian politik inilah yang memperburuk defisit dan menurunkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas fiskal Prancis.
1.2 Rasio Utang yang Meningkat dan Defisit yang Melebar
Sejak awal masa jabatan Macron, pengeluaran publik meningkat secara signifikan tanpa diimbangi dengan peningkatan pendapatan negara. Pemotongan pajak dan berbagai program stimulus membuat rasio utang terhadap PDB melonjak dari 101% menjadi sekitar 114%. Kini Prancis berada di posisi ketiga tertinggi dalam daftar negara Eropa dengan beban utang terbesar setelah Yunani dan Italia.
Defisit anggaran yang sebelumnya berkisar 3,4% kini membengkak hingga hampir 6%. Padahal, Uni Eropa menetapkan batas defisit maksimum 3% untuk menjaga stabilitas ekonomi kawasan. Jika situasi ini terus dibiarkan, beban bunga utang bisa menekan ruang fiskal pemerintah di masa depan.
1.3 Tekanan dari Lembaga Keuangan dan Uni Eropa
Beberapa lembaga pemeringkat kredit internasional telah memberikan peringatan serius kepada Prancis. Mereka menilai bahwa rasio utang dan defisit yang tinggi dapat mengancam peringkat kredit negara tersebut. Selain itu, Uni Eropa juga menuntut agar Prancis segera menyesuaikan kembali kebijakan fiskalnya sesuai dengan aturan anggaran bersama. Jika tidak, Prancis berisiko mendapat sanksi atau kehilangan kepercayaan investor asing.
2. Intisari dari Model Reformasi Italia
Italia pernah mengalami situasi serupa: defisit yang tinggi, beban utang besar, dan tekanan dari lembaga internasional. Namun dalam beberapa tahun terakhir, negara itu berhasil menurunkan defisit dan menstabilkan perekonomian. Ada beberapa langkah strategis yang bisa menjadi bahan pembelajaran bagi Prancis.
2.1 Disiplin Anggaran dan Penurunan Defisit
Meskipun Italia memiliki rasio utang terhadap PDB lebih tinggi daripada Prancis, negara itu berhasil menekan defisit ke level sekitar 3,4%. Pemerintah Italia menerapkan serangkaian langkah pengetatan fiskal seperti:
- 
Pemangkasan subsidi dan bonus konstruksi yang boros. 
- 
Penagihan pajak tertunggak secara masif. 
- 
Reformasi pajak penghasilan dan pajak bisnis untuk memperluas basis pajak. 
- 
Pembenahan sistem pensiun melalui kenaikan usia pensiun secara bertahap. 
Langkah-langkah ini tidak hanya menekan defisit, tetapi juga memperbaiki efisiensi administrasi pajak dan pengeluaran publik.
2.2 Stabilitas Politik dan Konsensus Kebijakan
Keberhasilan reformasi Italia juga bergantung pada stabilitas politik yang relatif terjaga. Pemerintah di bawah kepemimpinan Giorgia Meloni mampu mempertahankan konsensus di parlemen untuk melanjutkan kebijakan fiskal ketat. Meski ada kritik, kesinambungan kebijakan menjadi kunci utama dalam menjaga kepercayaan pasar dan lembaga keuangan internasional.
2.3 Kritik dan Keterbatasan Model Italia
Meski banyak dipuji, reformasi Italia tidak sepenuhnya tanpa cela. Beberapa kritik menilai bahwa kebijakan pengetatan fiskal bisa menekan daya beli masyarakat kelas menengah. Reformasi pensiun juga memunculkan resistensi sosial karena dianggap mengorbankan kesejahteraan generasi muda. Meski begitu, secara makroekonomi, langkah-langkah tersebut berhasil memulihkan kepercayaan publik terhadap kemampuan Italia mengelola anggaran.
3. Potensi Penerapan Model Italia di Prancis
3.1 Perbedaan Sistem Politik
Prancis menghadapi tantangan berbeda karena struktur pemerintahannya yang semi-presidensial. Presiden memiliki kewenangan besar, namun kebijakan anggaran tetap membutuhkan dukungan mayoritas di parlemen. Fragmentasi politik yang terjadi pasca pemilu 2024 membuat penerapan reformasi besar menjadi sulit tanpa kompromi lintas partai.
Di Italia, struktur politik yang lebih fleksibel memungkinkan terbentuknya koalisi luas untuk mendukung kebijakan fiskal yang tegas. Sementara di Prancis, perbedaan ideologi antar partai sering kali menghambat kesepakatan reformasi besar.
3.2 Kebutuhan Reformasi Pajak dan Pemangkasan Anggaran
Jika ingin meniru kesuksesan Italia, Prancis perlu berani melakukan pemangkasan anggaran yang tidak produktif dan memperkuat sistem perpajakan. Optimalisasi pendapatan dari sektor pajak bisa dilakukan dengan memanfaatkan digitalisasi dan menutup celah penghindaran pajak. Di sisi lain, pemotongan pengeluaran publik harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gejolak sosial.
3.3 Tantangan Sosial dan Resistensi Publik
Budaya protes sosial di Prancis sudah dikenal luas. Reformasi pensiun yang menaikkan usia pensiun misalnya, kerap memicu gelombang demonstrasi besar-besaran. Oleh karena itu, keberhasilan reformasi fiskal di Prancis bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga kemampuan pemerintah dalam mengelola komunikasi publik dan membangun kepercayaan masyarakat.
3.4 Adaptasi dan Reformasi Versi Prancis
Prancis tidak harus meniru langkah Italia secara mentah. Negara ini bisa mengambil prinsip-prinsip dasar seperti disiplin fiskal dan efisiensi administrasi, namun dengan pendekatan yang sesuai konteks nasional. Reformasi fiskal versi Prancis perlu mempertimbangkan keseimbangan antara stabilitas ekonomi, keadilan sosial, dan kepentingan politik.
4. Rekomendasi Strategis untuk Pemerintah Prancis
Berikut beberapa langkah realistis yang dapat ditempuh untuk memulihkan stabilitas fiskal nasional:
- 
Membentuk rencana anggaran jangka menengah dengan target defisit maksimal 3% dalam lima tahun. 
- 
Melakukan reformasi pajak bertahap, termasuk digitalisasi sistem administrasi dan pengawasan pajak. 
- 
Meninjau ulang pengeluaran publik, memotong anggaran yang tidak berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. 
- 
Reformasi sistem pensiun yang moderat, dengan komunikasi publik yang terbuka untuk mengurangi resistensi. 
- 
Membangun konsensus politik agar reformasi berjalan lintas pemerintahan tanpa terhambat dinamika partai. 
- 
Membentuk lembaga pemantau fiskal independen guna menjaga transparansi dan akuntabilitas kebijakan keuangan negara. 
5. Kesimpulan
Prancis kini berada di persimpangan jalan antara mempertahankan popularitas politik dan menjaga kredibilitas ekonomi. Krisis fiskal yang dihadapi tidak dapat diatasi dengan solusi jangka pendek. Italia memang memberikan inspirasi, tetapi Prancis perlu merancang reformasi fiskal versi sendiri yang lebih adaptif terhadap struktur politik dan karakter sosial bangsanya.
Model Italia menunjukkan bahwa disiplin fiskal, efisiensi pajak, dan konsistensi kebijakan bisa mengembalikan kepercayaan publik. Namun untuk Prancis, keberhasilan itu hanya bisa tercapai jika pemerintah berani mengambil langkah-langkah berani dan membangun konsensus nasional yang kokoh.
Dengan kombinasi kebijakan yang bijak dan komunikasi publik yang efektif, reformasi fiskal Prancis bukan hanya akan menjadi solusi sementara, tetapi fondasi baru bagi masa depan ekonomi yang berkelanjutan.